Kamis, 24 September 2009

Agar Memenuhi Harapan Widuri Harus Dikelola Secara Profesional


PEMALANG (wartapantura) - Selama masih dikelola secara langsung oleh Pemda, obyek wisata Pantai Widuri tidak akan maju. Karena itu harus dikelola oleh lembaga otonom yang profesional dibawah pengawasan Pemda. Demikian ditegaskan tokoh masyarakat yang duduk di fraksi Golkar DPRD Pemalang, Drs H Santoso, MM, MSi (57) saat ditemui di kediamannya Perumahan Cangklik, akhir pekan lalu. Mantan Sekda Pemalang itu menilai pentingnya lembaga otonomi untuk mengelola obyek wisata Widuri secara profesional, mengingat potensi yang ada sangat memungkinkan untuk dikembangkan, akan tetapi yang terjadi selama ini hasilnya belum memenuhi harapan. Kawasan pantai Widuri menurut dia, merupakan pantai yang sangat potensial yang tak ada duanya di Jateng bahkan mungkin di Jawa. Sehingga teramat disayangkan apabila tidak dikelola secara professional. Salah satu keunikannya adalah keberadaan hutan pantai yang bisa dikatakan tergolong langka. Hutan tersebut menurutnya, sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi obyek wisata pendidikan. Anak-anak sekolah bisa diperkenalkan pada jenis pepohonan yang ada sehingga dapat menunjang mata pelajaran biologi, katanya.

Disampaikan lebih jauh, digulirkannya kebijakan otonomi daerah sebenarnya membuka peluang yang lebih besar untuk mendorong masyarakat, pimpinan dan wakil rakyatnya lebih kreatif inovatif untuk menjadikan daerahnya maju dan mandiri. Namun seperti pepatah mengatakan, jer basuki mawa bea, untuk mencapai kemajuan dibutuhkan dana yang tidak kecil. Sementara sumber dana saat ini masih sangat tergantung pusat yang 88 persen, sedang PAD baru menyokong sekitar 12 persen. “Dengan kondisi yang seperti ini kemandirian yang ingin diwujudkan masih jauh dari harapan,” tandasnya. Sehingga untuk memenuhinya dituntut menggali potensi PAD dimana yang dinilai paling prospektif di Pemalang adalah sektor kepariwisataan. Untuk itu harus mampu berkreasi dan inovatif, bagaimana mampu menjual daerahnya melalui potensi pariwisata yang dimiliki. “Kabupaten Pemalang punya potensi pariwisata yang komplit, yang merupakan potensi pendapatan yang bisa digali dan dijual,” lengkap dia. Namun yang pasti, untuk Widuri yang telah menjadi obyek wisata kebanggaan, selama masih dikelola langsung oleh Pemda tidak bakalan maju. “Pengelolaannya harus diserahkan kepada lembaga otonom yang professional,” pungkasnya.

Upaya Menjual
Terpenuhinya harapan Widuri menjadi obyek wisata andalan yang mampu memasok PAD secara maksimal terus diupayakan melalui peningkatan sarana prasarana rekreasi yang ada. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang, Ir Sudaryono, CES yang ditemui terpisah baru-baru ini mengungkapkan, pihaknya terus mengupayakan pembenahan dan penambahan fasilitas rekreasi untuk memenuhi tuntutan pengunjung. Diantaranya dengan menambah wahana rekreasi yang telah ada terutama dalam rangka menyambut kunjungan wisatawan selama Lebaran. Khusus untuk kawasan wahana wisata air (Water Park), pengelola mengupayakan peningkatan pelayanan dengan penyediaan sarana penunjang seperti food court. Di kawasan ini sejak dioperasikan minggu kedua bulan Mei lalu tiket yang diberlakukan masih dalam taraf pengenalan, dibawah harga tiket yang sesuai dengan Perda. Dalam angka pelayanan selama Lebaran pula kawasan ini sengaja diliburkan sepanjang bulan puasa guna pelaksanaan perawatan sarana vital. “Kami terus berupaya melengkapi sarana rekreasi agar keinginan pengunjung terpenuhi ,” ungkapnya menjelaskan. Untuk kawasan rekreasi Widuri diluar Water Park, saat ini telah ditambah wahana rekreasi pendukung seperti arena mobil ATV dan flaying fox. Menurut Sudaryono, selama Lebaran juga dipentaskan musik dangdut dan bagi pengunjung anak-anak tersedia komedi putar. (ruslan nolowijoyo)

Alumni SMAN I Angkatan 1982 dirikan Yayasan

PEMALANG (wartapantura) - Keluarga besar alumni SMAN I Pemalang angkatan 1982 telah membentuk tim kerja untuk menangani bidang sosial dan pendidikan sebagai bentuk kepedulian para alumni yang kini tersebar di berbagai daerah dan menggeluti bermacam profesi. Langkah tersebut dipandang perlu untuk diwujudkan mengingat tidak semua alumni 82 nasibnya beruntung. Prof. Agus Priono (46) salah seorang alumni SMAN I Pemalang 1982 mengungkapkan, pembentukan tim kerja tersebut atas pertimbangan niatan berbuat sesuatu yang positif kepada masyarakat dari rekan alumni yang saat ini telah sukses dalam karir. “Kami ingin teman-teman alumni 82 yang telah sukses berbuat sesuatu yang positif bagi masyarakat sehingga kami bentuk yayasan yang nantinya akan menangani bentuk kepedulian kami tersebut secara teknis.” terang dia di sela acara reuni di Gedung SLB Jl. DR Cipto Sirandu, Rabu (23/9). Lebih jauh dia menyampaikan, kepedulian dalam bidang sosial dan pendidikan tersebut akan dijadikan satu pilot proyek yang keberlangsungannya akan disengkuyung bersama para alumni 82.

Agus Priono lebih jauh mengatakan, kepedulian bidang pendidikan akan diberikan kepada anak-anak para alumni 82 yang nasibnya kurang beruntung dengan memberikan bea siswa kelanjutan studi. Upaya sama juga akan diberikan kepada alumni yang berprofesi sebagai pendidik maupun guru untuk mengikuti program studi S-2. “Untuk sementara ini kami akan melaksanakannya di lingkungan alumni,” terang dia. Ketika ditemui terpisah ketua panitia reuni Edi Cakra Math (47) mengungkapkan, jumlah alumni SMAN I Pemalang angkatan 1982 mencapai 556 orang. Mereka tersebar di berbagai daerah dan menekuni berbagai profesi. Akan tetapi, imbuhnya, tidak semua alumni berhasil dalam karir sehingga perlu mendapat perhatian terutama untuk kepentingan kelanjutan studi anak-anaknya. Menurut Edi, jumlah alumni 82 yang hadir dalam acara reuni mencapai 135 orang. Selain berprofesi sebagai pendidik maupun dosen perguruan tinggi terkenal, notaris, pengusaha, tidak sedikit alumni yang sukses menjadi pejabat maupun perwira militer. Perihal kepedulian sosial yang bakal dilaksanakan menurut Profesor Agus Priono, diantaranya memberikan santunan kepada alumni yang kurang mampu maupun yang menekuni kegiatan produktif untuk menafkahi keluarganya. “Jadi kita akan coba memberikan kail kepada saudara-saudara kami yang belum sukses dan menekuni usaha produktif,” jelasnya. (ruslan nolowijoyo)

Kamis, 17 September 2009

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H

Kami segenap Admin WartaPantura
mengucapkan selamat Idul Fitri 1430 H.
Semoga Amalan Ibadah kita Semua Selama Ramadhan Diterima oleh Allah SWT. Semoga Kemenangan Ada di Hati Kita Semua dan Kembali Menjadi Fitri.
Taqobbalallhu Minna wa Minkum Taqobbal Ya Karim

Minal Aidin wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Batin


Selamat berlibur dan bagi yang mudik semoga selamat dan lancar di perjalanan!

Photobucket

Selasa, 15 September 2009

Ngabuburit di Alun-alun Pemalang

PEMALANG (wartapantura) – Layaknya di daerah lain selama bulan puasa tradisi ngabuburit atau menunggu saat berbuka puasa juga dilakukan masyarakat kota Pemalang di seputar Alun-alun. Tua muda besar kecil berdatangan ke lapangan yang dilingkari ruas jalur utama kota yang dilintasi berbagai kendaraan bermotor. Di Alun-alun orang akan menikmati suasana senja ketika sinar matahari kemerahan semburat di langit. Detik-detik menjelang bedug magrib ditabuh merupakan momen yang paling ditunggu. Orang pun sibuk membeli aneka tajilan, mulai dari minuman segar dan aneka penganan pembuka yang tentu lezat rasanya. Selain puluhan penjual minuman segar dan es buah, banyak pula pedagang menjajakan makanan untuk tajilan di seputar Alun-alun. Jika detik-detik yang dinanti telah lewat, maka sepi pula suasana jantung kota yang diterangi lampu warna warni itu.

Ngabuburit di Alun-alun Pemalang telah menjadi tradisi setiap bulan puasa. Tak hanya warga kota yang berdatangan, tetapi juga dari desa-desa sekitar. Bahkan tak jarang para musafir pun singgah di sana. Mereka akan melaksanakan ibadah sholat magrib di Masjid Agung, sebuah tempat ibadah umat Islam yang dibangun sejak ratusan tahun lalu. Maklum, Pemalang merupakan kota cantik di jalur pantura yang identik dengan jalur Daendels. Siapapun yang melintas tentu akan menyaksikan gemerlap seribu lampu di kota berusia 434 tahun itu. Bila siang hari, kendaraan yang ditumpangi akan meluncur di ruas jalan berhotmiks dengan boulevard pembelah jalan berhias aneka tanaman bunga. Mereka yang ngabuburit akan memilih tempat tongkrongan sesuai keinginan. Ada yang duduk-duduk di trotoar berpaving ada pula yang memilih bangku dan lesehan. Bagi anak-anak suasana Alun-alun tak bedanya dengan taman rekreasi yang menawarkan kegembiraan. Apalagi disitu tersedia sarana bergembira yang asyik dinikmati. Yaitu berbagai jenis kereta tumpangan dan odhong-odhong yang setiap saat siap mengantar mereka mengitari Alun-alun. (ruslan nolowijoyo)

Mbah Surip Sosok Bersahaja

PEMALANG(wartapantura) – Sebagai seorang seniman Mbah Surip semasa hidupnya telah memberikan contoh konkret ihwal kebersahajaan. Perjalanan hidupnya juga unik, meski mengenyam pendidikan relatif tinggi, dirinya tidak pernah menampakkan keangkuhan. “Mbah Surip itu sosok yang bersahaja dan ramah, tak pernah tidak tersenyum kepada siapa saja. Bahkan diapun tertawa lebar dengan khasnya sehingga semua orang terkesan akan dirinya,” ujar Andi Rustono (40) pengagum seni yang lebih dikenal sebagai aktivis LSM di Pemalang. Ketika ditemui di sela acara ‘A Tribute to Rendra & Mbah Surip’ di pelataran parkir Sirandu Mall, Minggu (13/9) lalu, dia mengungkapkan betapa lugu dan bersahajanya Mbah Surip yang menjelang akhir hayatnya berhasil menggapai popularitas lewat kreasi lagu dan musiknya. Secara karakteriktis kebersahajaan dia patut menjadi panutan siapa saja yang mencintai kebersamaan, hidup tenteram damai di bumi beradab ini, lengkapnya.

Akan halnya sosok WS Rendra menurut Andi, bukan lagi sebagai ‘burung merak’ di negeri sendiri, tetapi juga sangat dikenal di berbagai belahan bumi. “Rendra adalah sosok yang konsisten dalam memperjuangkan suara rakyat. Dia adalah sosok penyair dan budayawan yang tidak ada duanya di negeri ini,” tegasnya. Untuk itu sebagai warga sekaligus anak bangsa yang cinta seni budaya tidak salah jika merasa kehilangan atas kepergian Rendra dan Mbah Surip. Pada acara dengan inti memperingati 40 hari meninggalnya dua tokoh seniman tersebut, Andi Rustono mengajak siapa saja bercermin pada kebersahajaan yang dicontohkan Mbah Surip dan WS Rendra.(ruslan nolowijoyo)

Senin, 14 September 2009

40 Hari Mbah Surip - WS Rendra Diperingati dengan Musikalisasi dan Puisi

PEMALANG (wartapantura) – Kawula muda pecinta seni di Pemalang punya cara tersendiri dalam mengekspresikan kepedulian dan rasa cinta terhadap tokoh idolanya. Untuk memperingati 40 hari meninggalnya Mbah Surip dan WS Rendra, mereka menggelar musikalisasi dan pembacaan puisi di pelataran parkir pusat perbelanjaan Sirandu Mall mulai pukul 14.30 hingga rampung menjelang magrib, Minggu (13/9) lalu. Acara tersebut diprakarsai bareng Komunitas Seni Lintang Kemukus dan LSM Forum Lintas Pelaku Pemberdayaan Masyarakat (FLPPM), pagelarannya sendiri dikreativi Teater Awam Pemalang, yang menyajikan satu kreasi fragmen yang cukup teatrikal menyangkut kehidupan fana yang sempat dialami kedua tokoh seniman tersebut semasa hidupnya.

Semasa hidupnya Mbah Surip dan WS Rendra bukan sosok asing bagi kawula muda Pemalang. Meski sekarang telah meninggal, karya-karya mereka terasa abadi tak terlupakan. Tak heran jika kawula muda mengekspresikannya dalam kreasi musik dan bait-bait puisi yang mendapat sambutan hangat ratusan pengunjung yang berjubel. Seolah mereka ingin menyaksikan kembali penampilan Mbah Surip dengan gaya khasnya maupun WS Rendra saat membawakan puisi-puisinya. Dan perlu diakui ternyata, pengunjung pun larut dalam satu penerjemahan nilai bahwa puisi demi puisi yang disajikan terasa hidup serta ada. Dan mereka pun terbawa dalam keceriaan tembang kondang Mbah Surip, ‘Tak gendong kemana mana.. .!’ dengan pemungkas kata : I love You fuuuuuul....! yang dibawakan penyanyi cilik Revo dengan gaya lucu dan lugas tanpa beban.

Acara ‘matangpuluh dina’ meninggalnya Mbah Surip dan WS Rendra diwarnai penampilan Andi Rustono membawakan puisi sosial yang menggelitik. Tokoh LSM yang identik dengan sebutan aktivis demo itu menyampaikan gugatan sosialnya melalui puisi yang berbicara tentang ketidakadilan. Selain komunitas seni Lintang Kemukus, teater Awam dan FLP, gelar acara juga mendapat dukungan sederet kelompok seni musik Pemalang. Diantaranya teater Lumbung Rasta dan beberapa kelompok musik seperti Pomerasta, Blue One, Cold Wars, Lembayung, Pop Ice, Romantic Freak, Sedengan, Forever N Never, Statis Cool dan Devils Bad. Nampak menyaksikan di sela pengunjung pemerhati sosial dan praktisi hukum Ivan Barichsanuddin, SH serta Drs Santoso, MM, MSi, mantan Sekda yang juga wakil rakyat dari Partai Golkar Pemalang. (ruslan nolowijoyo)

Sabtu, 12 September 2009

Merk Sekolah masih Menjadi Idola Masyarakat

PEMALANG (wartapantura) - Peningkatan status sekolah pada dasarnya merupakan satu upaya untuk memacu prestasi dan kualitas pendidikan di Pemalang yang saat ini memiliki peringkat bagus didasarkan hasil NEM di tingkat Provinsi Jateng. Hal itu perlu direalisasikan mengingat kuatnya imej masyarakat bahwa merk sekolah tetap menjadi idola meski idealnya mutu sekolah lebih penting. Praktisi pendidikan Pemalang, H Sutrisno, MPd, menyampaikan hal itu saat menerima WP di ruang kerjanya, Sabtu (12/9) lalu. Pendidik yang bertugas sebagai kepala sekolah favorit SMPN 4 Pemalang itu memandang pentingnya komitmen untuk tidak sekadar bicara dan memperdebatkan merk maupun biaya sekolah mengingat posisi ketertinggalan yang disandang. “Kenapa harus membicarakan merk dan memperdebatkan biaya sekolah kalau kita sudah jauh tertinggal dengan daerah lain dan negara lain,” terangnya menandaskan. Dalam rangka mewujudkan pendidikan pendidikan yang bermutu, menurut dia, perlu adanya komitmen kolektif antara pemerintah, sekolah dan masyarakat. Sebab dengan kuatnya komitmen kolektif tersebut bukan tidak mungkin apa yang kita harapkan akan menjadi kenyataan.

Lebih jauh dia menyampaikan, berkaitan dengan pentingnya komitmen kolektif guna mewujudkan pendidikan bermutu, minimal mampu memenuhi 8 standar nasional pendidikan. Yaksi standar isi, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, penilaian dan standar proses. Dalam hal ini kata kunci peningkatan mutu yang diharapkan ada pada proses, tenaga kependidikan serta pembiayaan. “Kalau tiga point ini berhasil diwujudkan maka yang lain pun akan sukses,” jelasnya. Namun yang tak kalah pentingnya adalah komitmen daerah, imbuh dia. Sebab, untuk sekolah berstatus Sekolah Standar NBasional (SSN) ataupun Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) hanya disubsidi pemerintah selama 3 tahun. Setelah tenggat waktu tersebut menjadi tanggung jawab daerah. “Sementara kita tahu anggaran daerah yang terbatas sehingga partisipasi masyarakat tetap dibutuhkan,” pungkasnya (ruslan nolowijoyo)

Followers

Administrator

Ruslan Nolowijoyo Hengky Kik

My News Feed

Related Websites

 

Warta Pantura. Copyright 2009 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Hengky Scootman Converted into Blogger Template by Scootman