Kamis, 24 September 2009

Agar Memenuhi Harapan Widuri Harus Dikelola Secara Profesional


PEMALANG (wartapantura) - Selama masih dikelola secara langsung oleh Pemda, obyek wisata Pantai Widuri tidak akan maju. Karena itu harus dikelola oleh lembaga otonom yang profesional dibawah pengawasan Pemda. Demikian ditegaskan tokoh masyarakat yang duduk di fraksi Golkar DPRD Pemalang, Drs H Santoso, MM, MSi (57) saat ditemui di kediamannya Perumahan Cangklik, akhir pekan lalu. Mantan Sekda Pemalang itu menilai pentingnya lembaga otonomi untuk mengelola obyek wisata Widuri secara profesional, mengingat potensi yang ada sangat memungkinkan untuk dikembangkan, akan tetapi yang terjadi selama ini hasilnya belum memenuhi harapan. Kawasan pantai Widuri menurut dia, merupakan pantai yang sangat potensial yang tak ada duanya di Jateng bahkan mungkin di Jawa. Sehingga teramat disayangkan apabila tidak dikelola secara professional. Salah satu keunikannya adalah keberadaan hutan pantai yang bisa dikatakan tergolong langka. Hutan tersebut menurutnya, sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi obyek wisata pendidikan. Anak-anak sekolah bisa diperkenalkan pada jenis pepohonan yang ada sehingga dapat menunjang mata pelajaran biologi, katanya.

Disampaikan lebih jauh, digulirkannya kebijakan otonomi daerah sebenarnya membuka peluang yang lebih besar untuk mendorong masyarakat, pimpinan dan wakil rakyatnya lebih kreatif inovatif untuk menjadikan daerahnya maju dan mandiri. Namun seperti pepatah mengatakan, jer basuki mawa bea, untuk mencapai kemajuan dibutuhkan dana yang tidak kecil. Sementara sumber dana saat ini masih sangat tergantung pusat yang 88 persen, sedang PAD baru menyokong sekitar 12 persen. “Dengan kondisi yang seperti ini kemandirian yang ingin diwujudkan masih jauh dari harapan,” tandasnya. Sehingga untuk memenuhinya dituntut menggali potensi PAD dimana yang dinilai paling prospektif di Pemalang adalah sektor kepariwisataan. Untuk itu harus mampu berkreasi dan inovatif, bagaimana mampu menjual daerahnya melalui potensi pariwisata yang dimiliki. “Kabupaten Pemalang punya potensi pariwisata yang komplit, yang merupakan potensi pendapatan yang bisa digali dan dijual,” lengkap dia. Namun yang pasti, untuk Widuri yang telah menjadi obyek wisata kebanggaan, selama masih dikelola langsung oleh Pemda tidak bakalan maju. “Pengelolaannya harus diserahkan kepada lembaga otonom yang professional,” pungkasnya.

Upaya Menjual
Terpenuhinya harapan Widuri menjadi obyek wisata andalan yang mampu memasok PAD secara maksimal terus diupayakan melalui peningkatan sarana prasarana rekreasi yang ada. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang, Ir Sudaryono, CES yang ditemui terpisah baru-baru ini mengungkapkan, pihaknya terus mengupayakan pembenahan dan penambahan fasilitas rekreasi untuk memenuhi tuntutan pengunjung. Diantaranya dengan menambah wahana rekreasi yang telah ada terutama dalam rangka menyambut kunjungan wisatawan selama Lebaran. Khusus untuk kawasan wahana wisata air (Water Park), pengelola mengupayakan peningkatan pelayanan dengan penyediaan sarana penunjang seperti food court. Di kawasan ini sejak dioperasikan minggu kedua bulan Mei lalu tiket yang diberlakukan masih dalam taraf pengenalan, dibawah harga tiket yang sesuai dengan Perda. Dalam angka pelayanan selama Lebaran pula kawasan ini sengaja diliburkan sepanjang bulan puasa guna pelaksanaan perawatan sarana vital. “Kami terus berupaya melengkapi sarana rekreasi agar keinginan pengunjung terpenuhi ,” ungkapnya menjelaskan. Untuk kawasan rekreasi Widuri diluar Water Park, saat ini telah ditambah wahana rekreasi pendukung seperti arena mobil ATV dan flaying fox. Menurut Sudaryono, selama Lebaran juga dipentaskan musik dangdut dan bagi pengunjung anak-anak tersedia komedi putar. (ruslan nolowijoyo)

Alumni SMAN I Angkatan 1982 dirikan Yayasan

PEMALANG (wartapantura) - Keluarga besar alumni SMAN I Pemalang angkatan 1982 telah membentuk tim kerja untuk menangani bidang sosial dan pendidikan sebagai bentuk kepedulian para alumni yang kini tersebar di berbagai daerah dan menggeluti bermacam profesi. Langkah tersebut dipandang perlu untuk diwujudkan mengingat tidak semua alumni 82 nasibnya beruntung. Prof. Agus Priono (46) salah seorang alumni SMAN I Pemalang 1982 mengungkapkan, pembentukan tim kerja tersebut atas pertimbangan niatan berbuat sesuatu yang positif kepada masyarakat dari rekan alumni yang saat ini telah sukses dalam karir. “Kami ingin teman-teman alumni 82 yang telah sukses berbuat sesuatu yang positif bagi masyarakat sehingga kami bentuk yayasan yang nantinya akan menangani bentuk kepedulian kami tersebut secara teknis.” terang dia di sela acara reuni di Gedung SLB Jl. DR Cipto Sirandu, Rabu (23/9). Lebih jauh dia menyampaikan, kepedulian dalam bidang sosial dan pendidikan tersebut akan dijadikan satu pilot proyek yang keberlangsungannya akan disengkuyung bersama para alumni 82.

Agus Priono lebih jauh mengatakan, kepedulian bidang pendidikan akan diberikan kepada anak-anak para alumni 82 yang nasibnya kurang beruntung dengan memberikan bea siswa kelanjutan studi. Upaya sama juga akan diberikan kepada alumni yang berprofesi sebagai pendidik maupun guru untuk mengikuti program studi S-2. “Untuk sementara ini kami akan melaksanakannya di lingkungan alumni,” terang dia. Ketika ditemui terpisah ketua panitia reuni Edi Cakra Math (47) mengungkapkan, jumlah alumni SMAN I Pemalang angkatan 1982 mencapai 556 orang. Mereka tersebar di berbagai daerah dan menekuni berbagai profesi. Akan tetapi, imbuhnya, tidak semua alumni berhasil dalam karir sehingga perlu mendapat perhatian terutama untuk kepentingan kelanjutan studi anak-anaknya. Menurut Edi, jumlah alumni 82 yang hadir dalam acara reuni mencapai 135 orang. Selain berprofesi sebagai pendidik maupun dosen perguruan tinggi terkenal, notaris, pengusaha, tidak sedikit alumni yang sukses menjadi pejabat maupun perwira militer. Perihal kepedulian sosial yang bakal dilaksanakan menurut Profesor Agus Priono, diantaranya memberikan santunan kepada alumni yang kurang mampu maupun yang menekuni kegiatan produktif untuk menafkahi keluarganya. “Jadi kita akan coba memberikan kail kepada saudara-saudara kami yang belum sukses dan menekuni usaha produktif,” jelasnya. (ruslan nolowijoyo)

Kamis, 17 September 2009

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H

Kami segenap Admin WartaPantura
mengucapkan selamat Idul Fitri 1430 H.
Semoga Amalan Ibadah kita Semua Selama Ramadhan Diterima oleh Allah SWT. Semoga Kemenangan Ada di Hati Kita Semua dan Kembali Menjadi Fitri.
Taqobbalallhu Minna wa Minkum Taqobbal Ya Karim

Minal Aidin wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Batin


Selamat berlibur dan bagi yang mudik semoga selamat dan lancar di perjalanan!

Photobucket

Selasa, 15 September 2009

Ngabuburit di Alun-alun Pemalang

PEMALANG (wartapantura) – Layaknya di daerah lain selama bulan puasa tradisi ngabuburit atau menunggu saat berbuka puasa juga dilakukan masyarakat kota Pemalang di seputar Alun-alun. Tua muda besar kecil berdatangan ke lapangan yang dilingkari ruas jalur utama kota yang dilintasi berbagai kendaraan bermotor. Di Alun-alun orang akan menikmati suasana senja ketika sinar matahari kemerahan semburat di langit. Detik-detik menjelang bedug magrib ditabuh merupakan momen yang paling ditunggu. Orang pun sibuk membeli aneka tajilan, mulai dari minuman segar dan aneka penganan pembuka yang tentu lezat rasanya. Selain puluhan penjual minuman segar dan es buah, banyak pula pedagang menjajakan makanan untuk tajilan di seputar Alun-alun. Jika detik-detik yang dinanti telah lewat, maka sepi pula suasana jantung kota yang diterangi lampu warna warni itu.

Ngabuburit di Alun-alun Pemalang telah menjadi tradisi setiap bulan puasa. Tak hanya warga kota yang berdatangan, tetapi juga dari desa-desa sekitar. Bahkan tak jarang para musafir pun singgah di sana. Mereka akan melaksanakan ibadah sholat magrib di Masjid Agung, sebuah tempat ibadah umat Islam yang dibangun sejak ratusan tahun lalu. Maklum, Pemalang merupakan kota cantik di jalur pantura yang identik dengan jalur Daendels. Siapapun yang melintas tentu akan menyaksikan gemerlap seribu lampu di kota berusia 434 tahun itu. Bila siang hari, kendaraan yang ditumpangi akan meluncur di ruas jalan berhotmiks dengan boulevard pembelah jalan berhias aneka tanaman bunga. Mereka yang ngabuburit akan memilih tempat tongkrongan sesuai keinginan. Ada yang duduk-duduk di trotoar berpaving ada pula yang memilih bangku dan lesehan. Bagi anak-anak suasana Alun-alun tak bedanya dengan taman rekreasi yang menawarkan kegembiraan. Apalagi disitu tersedia sarana bergembira yang asyik dinikmati. Yaitu berbagai jenis kereta tumpangan dan odhong-odhong yang setiap saat siap mengantar mereka mengitari Alun-alun. (ruslan nolowijoyo)

Mbah Surip Sosok Bersahaja

PEMALANG(wartapantura) – Sebagai seorang seniman Mbah Surip semasa hidupnya telah memberikan contoh konkret ihwal kebersahajaan. Perjalanan hidupnya juga unik, meski mengenyam pendidikan relatif tinggi, dirinya tidak pernah menampakkan keangkuhan. “Mbah Surip itu sosok yang bersahaja dan ramah, tak pernah tidak tersenyum kepada siapa saja. Bahkan diapun tertawa lebar dengan khasnya sehingga semua orang terkesan akan dirinya,” ujar Andi Rustono (40) pengagum seni yang lebih dikenal sebagai aktivis LSM di Pemalang. Ketika ditemui di sela acara ‘A Tribute to Rendra & Mbah Surip’ di pelataran parkir Sirandu Mall, Minggu (13/9) lalu, dia mengungkapkan betapa lugu dan bersahajanya Mbah Surip yang menjelang akhir hayatnya berhasil menggapai popularitas lewat kreasi lagu dan musiknya. Secara karakteriktis kebersahajaan dia patut menjadi panutan siapa saja yang mencintai kebersamaan, hidup tenteram damai di bumi beradab ini, lengkapnya.

Akan halnya sosok WS Rendra menurut Andi, bukan lagi sebagai ‘burung merak’ di negeri sendiri, tetapi juga sangat dikenal di berbagai belahan bumi. “Rendra adalah sosok yang konsisten dalam memperjuangkan suara rakyat. Dia adalah sosok penyair dan budayawan yang tidak ada duanya di negeri ini,” tegasnya. Untuk itu sebagai warga sekaligus anak bangsa yang cinta seni budaya tidak salah jika merasa kehilangan atas kepergian Rendra dan Mbah Surip. Pada acara dengan inti memperingati 40 hari meninggalnya dua tokoh seniman tersebut, Andi Rustono mengajak siapa saja bercermin pada kebersahajaan yang dicontohkan Mbah Surip dan WS Rendra.(ruslan nolowijoyo)

Senin, 14 September 2009

40 Hari Mbah Surip - WS Rendra Diperingati dengan Musikalisasi dan Puisi

PEMALANG (wartapantura) – Kawula muda pecinta seni di Pemalang punya cara tersendiri dalam mengekspresikan kepedulian dan rasa cinta terhadap tokoh idolanya. Untuk memperingati 40 hari meninggalnya Mbah Surip dan WS Rendra, mereka menggelar musikalisasi dan pembacaan puisi di pelataran parkir pusat perbelanjaan Sirandu Mall mulai pukul 14.30 hingga rampung menjelang magrib, Minggu (13/9) lalu. Acara tersebut diprakarsai bareng Komunitas Seni Lintang Kemukus dan LSM Forum Lintas Pelaku Pemberdayaan Masyarakat (FLPPM), pagelarannya sendiri dikreativi Teater Awam Pemalang, yang menyajikan satu kreasi fragmen yang cukup teatrikal menyangkut kehidupan fana yang sempat dialami kedua tokoh seniman tersebut semasa hidupnya.

Semasa hidupnya Mbah Surip dan WS Rendra bukan sosok asing bagi kawula muda Pemalang. Meski sekarang telah meninggal, karya-karya mereka terasa abadi tak terlupakan. Tak heran jika kawula muda mengekspresikannya dalam kreasi musik dan bait-bait puisi yang mendapat sambutan hangat ratusan pengunjung yang berjubel. Seolah mereka ingin menyaksikan kembali penampilan Mbah Surip dengan gaya khasnya maupun WS Rendra saat membawakan puisi-puisinya. Dan perlu diakui ternyata, pengunjung pun larut dalam satu penerjemahan nilai bahwa puisi demi puisi yang disajikan terasa hidup serta ada. Dan mereka pun terbawa dalam keceriaan tembang kondang Mbah Surip, ‘Tak gendong kemana mana.. .!’ dengan pemungkas kata : I love You fuuuuuul....! yang dibawakan penyanyi cilik Revo dengan gaya lucu dan lugas tanpa beban.

Acara ‘matangpuluh dina’ meninggalnya Mbah Surip dan WS Rendra diwarnai penampilan Andi Rustono membawakan puisi sosial yang menggelitik. Tokoh LSM yang identik dengan sebutan aktivis demo itu menyampaikan gugatan sosialnya melalui puisi yang berbicara tentang ketidakadilan. Selain komunitas seni Lintang Kemukus, teater Awam dan FLP, gelar acara juga mendapat dukungan sederet kelompok seni musik Pemalang. Diantaranya teater Lumbung Rasta dan beberapa kelompok musik seperti Pomerasta, Blue One, Cold Wars, Lembayung, Pop Ice, Romantic Freak, Sedengan, Forever N Never, Statis Cool dan Devils Bad. Nampak menyaksikan di sela pengunjung pemerhati sosial dan praktisi hukum Ivan Barichsanuddin, SH serta Drs Santoso, MM, MSi, mantan Sekda yang juga wakil rakyat dari Partai Golkar Pemalang. (ruslan nolowijoyo)

Sabtu, 12 September 2009

Merk Sekolah masih Menjadi Idola Masyarakat

PEMALANG (wartapantura) - Peningkatan status sekolah pada dasarnya merupakan satu upaya untuk memacu prestasi dan kualitas pendidikan di Pemalang yang saat ini memiliki peringkat bagus didasarkan hasil NEM di tingkat Provinsi Jateng. Hal itu perlu direalisasikan mengingat kuatnya imej masyarakat bahwa merk sekolah tetap menjadi idola meski idealnya mutu sekolah lebih penting. Praktisi pendidikan Pemalang, H Sutrisno, MPd, menyampaikan hal itu saat menerima WP di ruang kerjanya, Sabtu (12/9) lalu. Pendidik yang bertugas sebagai kepala sekolah favorit SMPN 4 Pemalang itu memandang pentingnya komitmen untuk tidak sekadar bicara dan memperdebatkan merk maupun biaya sekolah mengingat posisi ketertinggalan yang disandang. “Kenapa harus membicarakan merk dan memperdebatkan biaya sekolah kalau kita sudah jauh tertinggal dengan daerah lain dan negara lain,” terangnya menandaskan. Dalam rangka mewujudkan pendidikan pendidikan yang bermutu, menurut dia, perlu adanya komitmen kolektif antara pemerintah, sekolah dan masyarakat. Sebab dengan kuatnya komitmen kolektif tersebut bukan tidak mungkin apa yang kita harapkan akan menjadi kenyataan.

Lebih jauh dia menyampaikan, berkaitan dengan pentingnya komitmen kolektif guna mewujudkan pendidikan bermutu, minimal mampu memenuhi 8 standar nasional pendidikan. Yaksi standar isi, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, penilaian dan standar proses. Dalam hal ini kata kunci peningkatan mutu yang diharapkan ada pada proses, tenaga kependidikan serta pembiayaan. “Kalau tiga point ini berhasil diwujudkan maka yang lain pun akan sukses,” jelasnya. Namun yang tak kalah pentingnya adalah komitmen daerah, imbuh dia. Sebab, untuk sekolah berstatus Sekolah Standar NBasional (SSN) ataupun Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) hanya disubsidi pemerintah selama 3 tahun. Setelah tenggat waktu tersebut menjadi tanggung jawab daerah. “Sementara kita tahu anggaran daerah yang terbatas sehingga partisipasi masyarakat tetap dibutuhkan,” pungkasnya (ruslan nolowijoyo)

Posko Peduli Korban Gempa FLP-PM

PEMALANG (wartapantura)Terjadinya bencana alam gempa bumi berkekuatan 7,3 skala rigter yang terjadi di daerah Tasikmalaya Jawa Barat (Jabar) telah menggelitik kepedulian sejumlah kawula muda pecinta seni yang terhimpun dalam wadah teater Awam Pemalang. Bersama LSM Forum Lintas Pelaku-Pemberdayaan Masyarakat (FLP-PM) Kabupaten Pemalang, aksi Peduli Korban Gempa Tasikmalaya digelar dalam bentuk pengumpulan sumbangan sukarela dan pakaian layak pakai dari masyarakat. Kepada WP di lokasi kegiatan, koordinator pelaksana lapangan, Sisworo (26) mengungkapkan, kegiatan yang dilaksanakan bersama tim kerjanya semata-mata karena rasa peduli terhadap para korban gempa yang hingga saat ini masih bertahan di lokasi penampungan akibat rumah tinggalnya hancur. “Kami tergugah untuk melakukan sesuatu untuk sekedar meringankan beban saudara-saudara kita di Tasikmalaya,” ujarnya saat ditemui di perempatan Bangjo Sirandu, kota Pemalang Jumat (11/9) lalu. Menurut seniman muda itu, upaya penghimpunan dana sukarela dialokasikan di tempat-tempat strategis kota Pemalang. Antara lain di sekitar Dedy Jaya Plasa, Jalan Jenderal Sudirman, Alun-alun, perempatan Sirandu dan tempat strategis lainnya.

Ditemui terpisah di sekretariatnya kemarin, Ketua FLP-PM Pemalang, Andi Rustono (40) menyampaikan, kepedulian yang diwujudkan LSM-nya bersama penggiat seni teater Awam, tanpa ada tendensi apapun tetapi semata-mata didasari rasa kemanusiaan. “Siapa yang tidak tersentuh jika mendengar begitu banyak korban menyusul terjadinya gempa bumi di Tasikmalaya. Kita ingin berbuat sesuatu minimal untuk meringankan beban mereka yang hingga sekarang masih tinggal di tempat pengungsian dalam kondisi penuh keterbatasan,” ungkapnya menjelaskan. Menurut tokoh LSM yang ketua Front Perjuangan Petani Pemalang itu, dana yang terhimpun seberapapun besarnya nanti akan dilaporkan secara terbuka kepada masyarakat. Realisasi penyerahan kepada para korban akan dikoordinasikan dengan instansi terkait yang dalam hal ini Kesbanglinmas Pemalang. Dalam aksi peduli gempa yang digelar selama seminggu sejak dimulai Selasa (8/9) juga diterima bantuan masyarakat berupa pakaian bekas layak pakai. (ruslan nolowijoyo)

Minggu, 06 September 2009

Syukuran RKB SMK Bima

PEMALANG (wartapantura) – Sejumlah pengurus yayasan, guru dan komite hadir dalam acara syukuran dalam rangka penggunaan 3 ruang kelas baru (RKB) di Aula SMK Bima Jalan Mandala, Mulyoharjo Pemalang, Sabtu (5/9) lalu Pada acara yang juga diikuti sejumlah siswa ustadz H Sumaryadi, menyampaikan bahwa upaya yang ditempuh dalam rangka meningkatkan eksistensi pendidikan kejuruan di SMK Bima telah membuahkan hasil nyata yang patut disyukuri. Keberhasilan yang ada tidak semata pada sarana fisik namun juga meningkatnya mutu pembelajaran sekaligus sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Tak kalah pentingnya, menurut dia, meningkatnya eksistensi dan kelengkapan sarana fisik yang ada telah mendukung upaya pencitraan diri SMK Bima. Diharapkan kedepan selesainya pembangunan RKB turut mendorong peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan di sekolah ini.

Kepala SMK Bima Pemalang, Drs Agus Uripto, menjelaskan, dengan rampungnya pembangunan 3 RKB berarti telah dimiliki 9 ruang belajar bagi 318 siswa yang ada termasuk 128 siswa baru di kelas X. Biaya pembangunan RKB berlantai dua merupakan bantuan pemerintah melalui APBN 2009 dan swadaya internal yang keseluruhan mencapai Rp 400 juta. Ditambahkan, SMK Bima memberikan pembekalan keterampilan kepada siswa didiknya melalui 3 jurusan. Masing-masing jurusan pemasaran, akuntansi dan teknologi komputer jaringan (TKJ) Acara syukuran pembangunan 3 RKB dilanjutkan dengan sholat magrib , buka puasa dan sholat tarawih. (ruslan nolowijoyo)

Sabtu, 05 September 2009

Sambut Lebaran di Pringjajar Diskon Khusus dan Acara Buka Puasa Bersama

PEMALANG (wartapantura) – Diskon untuk pembelian menu tertentu dalam rangka peningkatan mutu pelayanan diberlakukan di rumah makan Pringjajar selama bulan puasa.dan menghadapi Lebaran. Kemasan promo bulan Agustus dan September dikonkretkan dengan pemberian diskon hingga 17 persen untuk pembelian menu tertentu seperti Gurame saus Asam Manis, Cumi saus Mentega, Ca Kangkung Ayam dan Jus Strawbery. Dalam paket ini juga diberikan diskon khusus untuk pembelian sandal/sepatu di mini market sebesar 64 persen. Dan ‘Free Jus Merdeka’ bagi semua pengunjung yang hadir pada tanggal 17 Agustus lalu. Seperti disampaikan Pras, dari bagian marketing, dalam meluncurkan promo gratis aneka menu dengan menunjukkan brosur Pringjajar bekerja sama dengan Pringsewu Cirebon dan Tegal yang merupakan rumah makan dibawah naungan Pringsewu Group. “Promo gratis kami luncurkan dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung,” tutur dia di ruang kerjanya, Sabtu (5/9). Khusus untuk Pringjajar menu gratisnya Ayam saus Tomat,ujarnya.

Lebih jauh disampaikan Pras, dalam rangka pelayanan bulan puasa Pringjajar juga membagikan takjilan kepada masyarakat yang pelaksanaanya pada 27 Agustus, 4 dan 11 September lalu. Kepada pengunjung yang bermaksud mengadakan acara buka bersama ataupun halal bi halal, Pringjajar juga telah meluncurkan paket buka puasa dan halal bi halal dengan voucher makan gratis untuk 5 hingga 15 orang. Acara yang dimaksud bisa diadakan di rumah makan atawa di tempat yang dikehendaki peminatnya (outside catering) dengan free charge bea pengantaran, khusus dalam kota Pemalang dan Pekalongan. Promo istimewa ini diwujudkan dengan gratis Sop Buntut untuk semua pengunjung cukup dengan menunjukan brosur gratis sop buntut. Lalu gratis menu pembuka puasa untuk semua pengunjung dan gratis sajadah cantik untuk pembelian aneka produk di minimarket, minimal Rp.300.000,- selama bulan Ramadhan. Diskon 50 persen juga diberikan untuk pembelian sandal dan sepatu. Kepada para pengemudi yang membawa rombongan untuk berbuka puasa dan atau bersahur, diberikan sejumlah uang THR serta fasilitas makan dan rokok. Sedangkan untuk mitra Tour Leader yang dinilai loyal kepada Pringjajar diberikan bingkisan menarik. Mengakhiri perbincangan Pras mengatakan, menjelang puncak Lebaran, Pringjajar akan menggunakan format pelayanan cepat saji atau fastfood.(ruslan nolowijoyo)

Thamrin Sonata bukukan ‘Kemerdekaan’ Provinsi Banten


PEMALANG (wartapantura) - Thamrin Sonata (51) yang lama menghilang dari kampung halamannya ternyata sejak bulan Juni lalu ‘bersembunyi’ di Banten. Penulis buku ‘Tragedi Semanggi’ dan sejumlah buku laris itu bukan ingin mencari ‘ngelmu’ pada sesepuh atawa jawara. Melainkan dalam rangka penulisan buku memoar berdirinya Provinsi Banten. Dan tentunya dia harus berurusan dengan para tokoh, utamanya Drs H Aceng Ishaq, sang deklarator. Buku tentang memoar Banten itu sendiri menurut Thamrin bakal tersaji dengan kata pengantar Gubernur Hj Ratu Atut Chosiyah, SE. “Sejak dua bulan lalu saya mondar-mandir ke Pandeglang dan sekitarnya untuk ngumpulin data,” tutur seniman itu di sanggarnya Gang Dahlia, Pekunden, Pemalang, Senin (07/9) malam lalu. Untuk mendapatklan data bahan penulisan itu dia harus telusupan kian kemari disamping melakukan survey lapangan dan wawancara sejumlah nara sumber. Lalu mantan wartawan yang merantau ke ibu kota sejak tahun 80-an itu juga ngubek-ubek file di perpustakaan dan melototin layar internet lantaran sejarah berdirinya provinsi ke 30 tersebut juga beredar luas di dunia maya.

Memisahnya Banten dari Jawa Barat (Jabar) sangat menarik disimak. Menurut Thamrin daerah ini memiliki andil pemasukan relatif besar, yakni mencapai 35 persen, namun warganya masih banyak yang hidup miskin dan tertinggal meski mereka tinggal hanya selemparan batu jauhnya dari ibukota negara. ” Lebih jauh menurut dia, menengok ke belakang, Banten pun punya kekhasan : etnis Sunda yang keras, dan tidak tunduk kepada penjajah Belanda “Kita tentu ingat Sultan Ageng Tirtayasa – yang kemudian namanya digunakan sebagai Universitas Negeri wilayah itu,” ungkapnya. Hal lain yang tek mudah dilupakan adalah keberadaan Multatuli,atau Douwes Dekker, sorang Belanda yang membelot dan membela Indonesia. Kisah daerah ini juga tersurat dalam buku Saijah dan Adinda.. Lalu buku legendaries ‘Pemberontakan Kaum Petani Lebak 1888’ karya sejarawan UGM Prof. Sartono Kartodirdjo

Lebih jauh menurut Thamrin, pemisahan Banten tak lepas dari masa transisi: Era Reformasi. Saat penguasa Orde Baru Soeharto jatuh pada Mei 1998, seorang putera daerah Banten Ekky Syahruddin yang duduk di DPR RI menyebutkan : Inilah saat Banten memanfaatkan untuk bisa lepas dari Jabar. Ternyata diam-diam tantangan tersebut disikapi oleh Drs. Aceng Ishak, Ajat, dan Encep Embe dengan membuat spanduk : saatnya Banten mandiri dari Jawa Barat yang waktu itu gubernurnya N. Nuriana. Dan pencetusan dari Mandalawangi, Pandeglang itu terus menggelinding bak bola salju dimana rakyat tanpa diimingi-imingi uang, bergabung dan menyatakan dukungannya. Meski mereka belum mengerti, bagaimana caranya secara persis untuk “Merdeka!”. Tentu perjalanan pun tidak semudah.yang dibayangkan lantaran sebagian dari mereka merasa enak dengan tetap bergabung dengan Jabar. Bahkan di antara mereka menyebut, seperti diucapkan Aceng Ishak “Prov. Banten berdiri, itu hanya mimpi di siang bolong!” Namun akhirnya apa yang didambakan pun menjadi kenyataan. Di lapangan Banten Lama,’Deklarasi Banten’ dikumandangkan. Teksnya dibacakan oleh Aceng Ishak. Ribuan rakyat menghadiri acara bersejarah itu. Dan Provinsi Banten pun berdiri 4 Oktober 2000. Menjadi prov. Ke 30 di negeri tercinta ini

Menurut Thamrin, menjelang ulang tahunnya yang ke 9 buku memoar berdirinya Provinsi Banten merupakan tonggak bagi provinsi yang kaya sumber daya alam tersebut. “Disana ada emas, pertanian, dan pabrik-pabrik yang sudah berdiri semisal Krakatau Steel, Bandara Soekarno-Hatta, pelabuhan Bojanegara, dan Tengerang yang menggeliat pembangunannya.” Terang dia. Ditambahkan pula, kendati masih ada masyarakat masih hidup tradisional, misalnya yang dikenal dengan masyarakat Badui di Lebak Selatan, yang hidup dengan caranya yang khas. Provinsi ini punya keunikan potensi lain seperti halnya Badak Jawa bercula satu yang diduga tinggal 40 ekor saja di Ujung Kulon, Pandeglang. Sosok Thamrin Sonata sebenarnya bukan orang baru di dunia tulis menulis negeri ini. Sejak meninggalkan kota kelahirannya Pemalang sekitar tahun 80-an aktif menjadi wartawan di beberapa media ibu kota. Namun profesinya itu tak berumur panjang karena keasyikannya menulis Buku pertama ditulisnya adalah buku anak-anak pada 1981, menyusula kemudian belasan buku berhasil dia luncurkan. Seperti ‘Tragedi Semanggi’ dengan kata pengantar Prof DR Amien Rais, ‘UU Politik Buah Reformasi Setengah Hati’ dengan kata pengantar DR Andi Mallarangeng. Lalu yang terbaru ‘Bersama Mengeroyok SBY, Bisa?’ dengan pengantar Effendi Gozali, Ph,D. Dan di kampung halamannya sendiri dia juga menulis buku ‘HM Machroes dari Pegundan ke Pendopo’. Selain menulis buku ‘berbau’ politik, Thamrin juga menulis sejumlah novel dan kumpulan cerpen. Dari ketekunannya itu Thamrin pernah mendapat penghargaan atas kemenangannya dalam lomba. Diantaranya sebagai pemenang pertama lomba esai Universitas Islam Riau, pemenang lomba penulisan pariwisata Jakarta dan pemenang penulisan jurnalistik tentang properti yang diadakan Agung Sedayu.(Ruslan Nolowijoyo)

Rabu, 02 September 2009

Calon Pemain terus Berlatih Film BTP Syuting Akhir September

PEMALANG wartapantura Rencana pembuatan film Babad Tanah Pemalang (BTP) sebagai karya film dokumen sejarah berdirinya Kabupaten Pemalang nampaknya bakal menjadi kenyataan. Secara terjadual para calon pemain yang akan mendukung pembuatan film tersebut saat ini terus melakukan latihan dibawah arahan tim rekruitmen PT Indonetra. Kepada WP di lokasi latihan GOR Persinas Jl Kol Sugiono, Lingkar Selatan Beji Kecamatan Taman, Selasa (01/9) sore kemarin, penanggung jawab rekruitmen calon pemain, Yudha Anggoro (40), menungkapkan, latihan intens dilakukan mengingat waktu syuting semakin dekat, yakni 27 September mendatang. “Kami mendapatkan informasi dari Jakarta bahwa syuting akan mulai dilaksanakan pada tanggal 27 September mendatang,” ujarnya. Peningkatkan jadwal latihan setiap hari Selasa, Jumat dan Minggu dimaksudkan agar calon pemain bisa lebih siap jika suatu saat nanti syuting dimulai. Dalam pelaksanaan latihan para calon pemain mendapat bimbingan teknis dari tim dimana Yudha dibantu beberapa rekan termasuk pelatih teater.

Latihan diikuti sekitar 90 calon pemain yang terdiri dari sekitar 60 pemain pria dan 30 lainnya wanita. Menurut Yudha, para calon pemain yang mengikuti latihan berasal dari berbagai latar belakang status dan pekerjaan. Diantaranya adalah pelajar, mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, dan sebagaian calon pemain pria adalah anggota persilatan. Dikatakan, dengan mengikuti kegiatan latihan diharapkan para pemain sudah tidak canggung lagi ketika harus berakting di depan kamera nantinya. Hal itu dipandang perlu mengingat film yang akan digarap adalah film laga kolosal yang membutuhkan dukungan banyakpemain, terutama pemain pria. Sehingga latihan diarahkan pada adegan yang membutuhkan ketangkasan fisik. Namun yang jelas agar para pemain benar-benar siap ketika syuting dimulai dan harus membawakan adegan sesuai tuntutan skenario, lengkapnya.

Mengingat film BTP merupakan film sejarah yang banyak menampilkan adegan laga kolosal, menurut dia, maka pihaknya banyak merekrut calon pemain yang berlatar belakang seni beladiri. “Kami banyak merekrut pemain yang bisa beladiri karena film BTP merupakan film laga kolosal,” jelas anggota PARFI Jakarta itu seraya menambahkan bahwa sebagai pemeran tokoh antagonis dalam BTP adalah Torro Margens, aktor terkenal yang asli Pemalang. Sedangkan untuk lokasi syuting yang diusulkan telah dicek oleh tim konsultan ahli dari Indonetra beberapa pekan lalu. Yakni di sekitar hutan Penggarit, lembah Sungai Waluh di Pegongsoran, kawasan pantai Asemndoyong dan beberapa lokasi lainnya/ruslan nolowijoyo

Minggu, 30 Agustus 2009

Menjelang Lebaran Penjualan Perabotan Rumah Meningkat

PEMALANG wartapantura – Penjualan perabotan rumah tangga yang sempat mengalami kelesuan dalam dua bulan terakhir akibat kegagalan panen di beberapa areal sawah di Pemalang memasuki minggu kedua bulan puasa kembali menggeliat. Omzet yang dicapai dari penjualan eceran, baik tunai maupun cicilan rata-rata mengalami kenaikan siqnifikan. Dalam dua pekan tekahir bahkan ada yang mengalami peningkatan omzet hingga 100 persen atau dua kali lipat dari omzet sebelumnya. Para peniaga alat rumah tangga telah memaklumi bahwa tahun ajaran baru merupakan musim paceklik bagi dunia usaha perabotan. Karena orang tua dimana pun akan mementingkan biaya sekolah anak ketimbang membeli kursi, almari ataupun perabot lainnya. Menurut Sukiswo Mario (48) dari UD Soka Perkasa yang membuka toko perabotan rumah di Jalan Ternate, Bojongbata, meski di sejumlah toko perabotan bisa dibeli secara kridit, orang tua tetap menunda rencana membeli kursi dan lainnya karena kebutuhan biaya masuk sekolah tidak dapat ditunda.

Senada dengan Khodirin (32) dan Santoso (34) yang juga berjualan perabotan rumah tangga seperti kursi tamu, almari, ranjang kayu dan spring bed. Menurunnya usaha perabotan rumah untuk kalangan menengah ke bawah di Pemalang sangat bergantung pada daya beli masyarakat yang bersandar pada usaha pertanian. “Daya beli akan menurun karena hasil panen kurang maksimal akibat hama wereng. Namun sebaliknya akan pulih kembali apabila hasil panen membaik,” ujarnya. Repotnya, ganasnya serangan hama wereng berbarengan dengan tahun ajaran baru sehingga konsumen lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan anak sekolah ketimbang membeli alat rumah tangga yang pada dasarnya bisa ditunda sampai cukup dana. Lesunya penjualan perabotan karena kondisi ekonomi masyarakat kalangan menengah kebawah mayoritas bergantung dari sektor pertanian dimaklumi Sukiswo. “Bagaimanapun warga pedesaan sangat bergantung pada sektor pertanian, kalau hasil panen gagal atau minim karena diserang hama, tentu kesediaan dana juga minim,” katanya. Namun dalam kondisi normal warga pedesaan akan membeli perabotan rumah apabila kebutuhan sekolah sudah terpenuhi. Gagal panen atau banyaknya kerusakan tanaman akibat hama adalah musim paceklik bagi warga petani di pedesaan sebagai konsumen paling dominan perabotan lokal.

Perabotan rumah yang banyak diminati pembeli adalah jenis kursi tamu, almari, ranjang kayu, spring bed dan rak televisi. Perabotan tersebut termasuk jenis lokalan Pemalang-Tegal yang harganya relatif miring dibanding buatan lain daerah seperti Jepara dan Jawa Timur. Harga kursi tamu terbuat dari kayu jati dan sebagian kayu desa berkisar Rp 700 ribu hingga Rp 1,6 juta. Ranjang jati kasur busa Rp 700,- - Rp 2 juta. Springbed Rp 1,8 hingga Rp 3 juta. Selain penjualan tunai para penjual perabotan juga melakukan penjualan secara cicilan. Namun pada saat musim paceklik tak jauh bedanya dengan penjualan tunai, penagihan cicilan juga mengalami kendala. Dan akan kembali pulih setelah mendekati Lebaran seperti sekarang ini. Yang dalam sebulan terakhir transaksi penjualan baik tunai maupun cicilan bisa mencapai 70 an juta. wartapantura/ruslan nolowijoyo

Pemasaran ‘Jemput Bola’ Penjual Baju Kelilingan


PEMALANG wartapantura – Bagi pedagang pakaian kelilingan upaya mencari keuntungan dengan cara ‘jemput bola’ merupakan satu keharusan apabila ingin usahanya langgeng. Sebab dengan kiat tersebut setidaknya beberapa nilai tambah diperoleh pembeli secara langsung, dibanding jika membeli di toko ataupun pusat penjualan konveksi atawa grosir. Nilai tambah yang dimaksud diantaranya penghematan biaya transport, keleluasaan menawar barang pilihan dan adakalanya terjalin komunikasi yang interaktif antara pembeli dengan pedagang langganan sehingga hubungan lebih familiar. Untuk antero Pemalang dan sekitarnya, keberadaan pedagang pakaian kelilingan bukan sosok asing lagi. Sejak sentra kerajinan konveksi di wilayah Kecamatan Comal dan Ulujami berkembang pesat, menjajakan hasil konveksi secara door to door menjadi kesempatan kerja baru yang semakin banyak ditekuni warga berjiwa wira usaha.

Salah seorang diantaranya adalah Kastolani (37) yang tinggal di Desa Purwosari Kecamatan Comal. Setelah beberapa kali berganti profesi, sejak setahun lalu bapak dua anak itu memastikan diri menjadi penjual pakaian kelilingan yang beroperasi di wilayah Pemalang, Kajen dan Batang. “Saya berjualan di mana saja sampai ke Kajen dan Batang,” ungkapnya saat ditemui tengah menggelar dagangannya di selasar sebuah kantor kedinasan di Pemalang, baru-baru ini. Dengan berjualan pakaian produk konveksi dari desa tetangganya, dia mampu menghidupi keluarganya lebih baik. Setiap hari setidaknya meraih omzet penjualan antara Ro 300 hingga Rp 400 ribu. Dari omzet tersebut Kastolani mendapatkan upah payah sekitar Rp 40 sampai Rp 50 ribu. “Ya meskipun sedikit untungnya tapi lumayan buat hidup keluarga saya,” tutur pedagang kecil itu lugu. Penghasilan harian itu, menurut dia, sudah termasuk biaya operasional dan bensin bagi sepeda motor bebeknya.

Jenis produk konveksi yang banyak diminati masyarakat adalah kaos oblong, T-shirt, kemeja, celana panjang dan celana kolor. Dengan kulakan di pusat konveksi Comal dan Ulujami, Kastolani mematok laba sekedarnya. “Laba sedikit yang penting cepat laku sehingga bisa cepat kulakan lagi,” terangnya. Untuk sepotong celana kolor buatan konveksi Kauman Comal dia mematok harga jual antara Rp 10 hingga Rp 15 ribu. Sedangkan kemeja dewasa yang dibeli di sentra konveksi Arjosari Ulujami dijual seharga Rp 25 – Rp 30 per potong, tak jauh bedanya dengan kaos dan T-shirt. Barang dagangan yang paling tinggi harga jualnya adalah celana panjang, per potongnya mencapai Rp 40 – Rp 45 ribu. Dari beberapa item produk konveksi tersebut terdapat berbagai merk yang ditempel. Namun dari kalangan pembeli yang ditemui mengakui soal merk tidak penting karena rata-rata sudah mengenal produk konveskinya. “Kita sudah tahu ini buatan konveksi Comal dan Ulujami,” tutur Tomo (43) dan Muksin (39) staf instansi tempat Kastolani berjualan. Kastolani mengakui kalau pembelinya jarang menyoal merk yang melekat pada pakaian yang dipilih. Namun yang pasti terdapat perbedaan dengan pakaian yang dipajang ditoko, yakni harganya lebih miring selain keleluasaan untuk menawar.

Pola jemput bola dalam usaha penjualan konveksi menurut Kastolani adalah kiat yang efektif ketimbang mangkal di suatu tempat. Grafik penjualan bisa lebih baik daripada berjualan di pangkalan yang harus banyak pertimbangan, katanya. Dengan mendatangi pembeli alias jemput bola, peluang terjual bagi dagangannya bisa diperkirakan. Terutama selama tanggal muda saat dimana para pegawai sudah gajian. Dipastikan beberapa potong pakaian laku terjual. Untuk sepotong celana kolor dan kaos oblong Kastolani mendapatkan laba sekitar Rp 2000,-. Sedangkan untuk kemeja dan celana panjang keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp 5 ribu per potong.wartapantura/ruslan nolowijoyo

Wujudkan Pemalang Cerdas Perlu Kerja Keras


PEMALANG wartapantura – Perwujudan Kabupaten Pemalang Cerdas hanya akan menjadi kenyataan dengan kerja keras. Tanpa itu semua hanyalah harapan diangan-angan. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Pemalang, Drs Sapardi, MSi menyampaikan hal itu di ruang kerjanya Jumat (28/8). Kerja keras yang dia maksudkan perlu pula disertai etos kerja cerdas, kerja bersama dan keikhlasan. “Dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja sama dan ikhlas, niscaya harapan mewujudkan Pemalang Cerdas akan menjadi kenyataan,” urainya menjelaskan. Untuk menyiapkan format 4 kiat tersebut bisa dimulai dengan mewujudkan iklim yang kondusif sejuk dan menyenangkan di jajaran pendidikan mulai dari tingkat dinas UPPK hingga sekolah-sekolah sebagai unit pendidikan. Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah pelayanan kepada masyarakat di bidang pendidikan harus maksimal, dengan mengoktimalkan semua potensi sesuai dengan tupoksi masing-masing. Dalam konteks ini Sapardi mencontohkan keberadaan pengawas pendidikan yang harus melaksanakan tugas pengawasan. “Pengawas harus sesuai tugasnya tidak hanya datang ke sekolah dan ketemu kepala sekolahnya, lalu pulang. Tetapi mengawasi semua aspek termasuk cara mengajar guru,” tegasnya.

Disampaikan lebih jauh Sapardi, berkaitan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan, guru mempunyai tugas pokok bimbing, ajar dan latih. Dimana kaidah seorang profesional harus dilaksanakan dengan baik. Sementara itu kepala sekolah melaksanakan tugas sebagai edukator, motivator sekaligus inovator. Berkaitan dengan hal tersebut, lengkap dia, sumberdaya manusia yang ada yakni tenaga pendidik dan kependidikan, harus dioptimalkan agar menjadi seumberdaya yang bermutu dan profesional. Sebab, kunci keberhasilan dalam pendidikan adalah sumberdaya manusianya disamping stake holders yang lainnya. wartapantura/ruslan nolowijoyo

Rabu, 26 Agustus 2009

Tarling Jajaran PLN APJ Tegal


PEMALANG wartapantura - Tarwih keliling (tarling) selama bulan suci Ramadhan dilaksanakan jajaran PLN APJ Tegal di 10 wilayah kerja Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) yang ada. Pada acara tarling perdana di UPJ Randudongkal, Selasa (25/8) hadir pimpinan PLN APJ Tegal, Nanang Subuh didampingi tim kerjanya dari bagian perencanaan dan pengawasan, manajer UPJ Randudongkal selaku tuan rumah dan 9 manajer UPJ lainnya. Masing-masing UPJ Pemalang, Comal, Brebes, Slawi, Balapulang, Jatibarang, Tegal Timur, Tegal kota dan UPJ Bumiayu. Sekitar 100 orang dari paguyuban mitra Biro Teknik Listrik (BTL) turut dalam acara yang digelar di gedung baru PLN UPJ Randudongkal yang berada di jalur Randudongkal – Moga.

Dalam acara yang diawali dengan pengajian Ramadhan, ustadz Drs Fahruri menyampaikan bahwa Bulan Ramadhan memberikan banyak pembelajaran ihwal ketaqwaan kepada kita. “Dalam Islam kita diajarkan tolong menolong dalam kebaikan, dan tidak ada ajaran tolong menolong dalam kejahatan,” jelasnya. Diungkapkan lebih jauh, berkaitan dengan kinerja PLN yang secara nyata telah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, jajaran PLN ibarat malaikat yang diturunkan ke bumi oleh Allah SWT untuk menerangi. “Jadi kita sulit membayangkan apabila tidak ada listrik, dunia ini akan gelap gulita di waktu malam. “ tegasnya. Dikatakan lebih jauh, jika tidak ada listrik semua kegiatan akan terhambat, termasuk kegiatan dakwah, para mubaliq akan mengalami hambatan dalam melakukan dahwahnya. Mewakili pimpinan APJ Tegal, Asep menyampaikan, ibadah puasa yang dilaksanakan umat Islam memberikan makna yang amat dalam, dimana setelah selesai menjalankan puasa akan memperoleh kemenangan di hari yang fitri.

Manajer UPJ Randudongkal, Priatna Utama, SE dalam sambutannya mengatakan, pelaksanaan tarling di Randudongkal merupakan kegiatan pertama dari rangkaian kegiatan tarling yang telah diagendakan PLN APJ Tegal. “Acara di Randudongkal ini merupakan tarling perdana yang dilaksanakan PLN APJ Tegal di seluruh wilayah kerja UPJ yang ada. “ jelasnya. Selain pimpinan APJ Tegal dan 10 pimpinan UPJ , tarling malam ini juga dihadiri seratus mitra BTL yang tergabung dalam wadah paguyuban BTL UPJ Randudongkal, lengkap dia. Sementara itu Ketua Paguyuban BTL UPJ Randudongkal, Taufik Hidayat, menyampaikan bahwa bulan Ramadhan pada dasarnya selain memberikan pembelajaran keimanan dan ketaqwaan, kita bisa mengutip hikmah positif yang tak ternilai harganya. Diantaranya kesabaran dalam bersikap dan bertindak di keseharian kita. Timbulnya rasa welas asih kepada sesama sebagaimana diajarkan Rasulullah Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Paguyuban BTL UPJ Randudongkal yang didukung sekitar 100 anggota merupakan mitra kerja PLN dalam hal pelayanan kepada masyarakat. Dengan jalinan kemitraan yang baik bersama PLN selaku institusi pengelola kelistrikan, kami ingin senantiasa berupaya meningkatkan pelayanan tersebut, tuturnya. Usai melaksanaan sholat magrib acara dilabnjutkan dengan buka puasa bersama dan sholat tarawih. wartapantura : ruslan nolowijoyo

Memancing Ikan Kakap dekat Muara Berekreasi dan Melatih Kesabaran


PEMALANG . wartapantura - Bagi penggemar memancing, kawasan sekitar muara sungai merupakan lokasi paling cocok untuk melepas kepenatan dengan memancing ikan kakap. Sebab di lokasi tersebut selain pemandangan alamnya indah memikat biasanya ikan kakap yang dagingnya lezat itu berhabitat dan berkembangbiak. Seperti halnya di aliran sungai Kali Waluh yang bermuara di Asemdoyong Kecamatan Taman Pemalang maupun dekat m,uara Kali Comal di wilayah Kecamatan Comal. Ikan kakap putih yang beranakpinak di Kali Waluh menyukai lokasi berair dalam sebelah selatan tak jauh dari kawasan muara yang banyak ditempati perahu nelayan. Sedangkan di Kali Comal ikan kakap berhabitat di sepanjang alur sebelum muara yang lokasinya berkelak kelok. “Kakap putih banyak tinggal di air sekitar brug tugel beberapa ratus meter selatan muara Kali Waluh,” ungkap Eko (31) hobiis mancing dari Kebondalem, Selasa (25/8) malam kemarin. Rekannya Junet (26) juga mengakui, kakap menyukai air yang agak jernih dan lokasinya banyak rumpon atau tumbuhan glagah. Senada disampaikan Deni Purwoko (33) hobiis mancing kakap asal Mulyoharjo, lokasi dekat muara Kali Comal banyak dihuni kawanan kakap putih yang disukai pemancing.

Bagi para penggemar mancing yang biasa berburu kakap, ada kiat tersendiri untuk penyaluran hobinya. Yakni memancing secara nglicir, yakni menenggelamkan umpan di tepi sungai dan berpindah-pindah di tempat yang diperkirakan dihuni kakap. Atau dengan cara nenggar, menunggui umpan yang dilempar ke tengah bentangan sungai. Menurut Mas Yok (51) dua cara tersebut banyak digunakan untuk memburu kakap, tapi masing-masing pemancing tidak selalu sama dalam menerapkan kiatnya. Namun yang pasti, jelas hobiis mancing yang tinggal di bilangan Serayu Kebondalem itu. Memancing kakap pada dasarnya bisa dilakukan pagi ataupun sore hari. “Jika pagi sekitar pukul 06 hingga 09, sore pukul 16 hingga 18,” katanya. Akan tetapi ada kalanya ikan kakap akan bereaksi menyantap umpan pada siang hari sekitar pukul 11 hingga 13, imbuh dia.

Memancing ikan kakap tak beda dengan memancing ikan lainnya, kata Arif (30). Yakni membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dan bagi pemancing harus bersiap untuk kecewa apabila tidak mendapatkan ikan meski telah berjam-jam lamanya berada di tepi sungai atau ikan yang menyantap umpan ternyata lepas kembali padahal sudah beberapa lama dihela. “Harus sabar dan telaten selain memilih waktu yang tepat sesuai kondisi air sungai dimana ikan kakap berada,” jelas dia. Untuk kondisi tertentu ikan kakap kurang merespon umpan yang terkait di mata kail. Misalnya air sungai terlalu keruh setelah turun hujan, imbuhnya. Untuk ikan kakap lazim digunakan umpan udang hidup yang bisa diperoleh dengan harga relatif murah. Untuk jenis udang jari menurut Mas Yok dan Eko, harganya Rp 40 ribu per kilo. Tetapi untuk jenis udang putih harganya lebih mahal, yakni antara Rp 700,- hingga Rp 1.000,- setiap ekornya. Cara memasang umpan udang menurut dia, dengan mengkaitkan mata kail pada tanduk (kepala) atau diatas ekor. Kedua jenis udang tersebut bisa bertahan beberapa jam dalam air sehingga menarik hasrat ikan kakap untuk menyantapnya.

Menyalurkan hobi memancing ikan kakap di sungai, menurut para hoiis mancing yang bergabung dalam komunitas pemancing kakap di Kebondalem, merupakan cara berekreasi yang cukup tepat guna melepas kejenuhan disela kesibukan kerja sehari-hari. Berjam-jam menunggu reaksi pemangsa umpan membutuhkan kesabaran prima. Keseharian kerja yang menjemukan, menurut mereka, membutuhkan penyegaran, refresing. Kebetulan di Pemalang terdapat beberapa sungai yang dihuni banyak kakap, seperti Kali Waluh dekat muara Asemdoyong, Kali Comal di sekitar Desa Mojo dan muara Srengseng di Tanjungsari. Di tempat-tempat tersebut ikan kakap putih yang ada besar kecilnya beragam. Pemancing kerap mendapatkan dengan berat setengah hingga satu setengah kilogram. Tetapi tidak jarang pula mereka memperoleh kakap dengan berat mencapai enam hingga duabelas kilogram. wartapantura : ruslan nolowijoyo

Senin, 24 Agustus 2009

Meski Produk Pabrik Membanjir Celengan Tradisional Pleret tetap Disukai

PEMALANG wartapantura Modernitas yang ditandai pesatnya teknologi fabrikan agaknya tak mampu menggoyang eksistensi gerabah tradisional semacam celengan buatan Pleret yang dijajakan di luar daerah asalnya. Buktinya sejak dua bulan lalu berbagai bentuk celengan asal Pleret Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, menghias sudut kota Pemalang dengan tampilan berwarna-warni. Salah seorang penjualnya, Mamat (27) mengaku tidak terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk menjual dagangannya. Setiap kembali ke kampung untuk mengambil celengan, ayah dua anak itu membawa sekitar 450 buah untuk dijajakan di Pemalang. “Ya, paling lama satu minggu saya kembali mengambil dagangan,” tutur dia di tempatnya memajang aneka celengan di sudut barat laut Alun-alun, Minggu (23/8). Berarti dagangan yang dia pasarkan terjual dalam seminggu. Sebuah celengan ukuran kecil dipatok harga Rp 10 ribu, sedangkan yang terbesar Rp 40 ribu.

Harga tersebut tentu lebih mahal dibanding celengan plastik buatan pabrik. Tapi menurut dia, orang lebih suka celengan dari tanah liat, karena setelah isi penuh dibuka bagian bawah, celengan bias dijadikan hiasan. “Biasanya ditaruh depan rumah atau malah di atap rumah,” katanya. Celengan buatan pengrajin Pleret menurut Mamat memiliki ciri khas dan perbedaan dengan buatan daerah lain. Selain lebih tebal, jenis tanah liatnya lebih kuat karena tanpa campuran pasir dalam pembuatannya. Karena itulah celengan yang berbentuk singa atau macam bisa diduduki seperti kursi, jelasnya. Gerabah tanah liat Pleret menyebar di berbagai penjuru negeri ini. “Saya pernah berjualan sampai Lampung Bengkulu, Semarang, Brebes, dan kota lain,” akunya. Sudah sebelas tahun Mamat mengais rejeki dengan berjualan celengan. Tak jauh bedanya dengan temannya Gofur (25) yang berjualan di lain lokasi. Soal jauh dekatnya kota tujuan bukan masalah. Urusan mencari nafkah tidak mengenal jarak dan waktu, katanya. Yang belum sempat didatangi Mamat adalah Kalimantan. “Saya mau ke Kalimantan tapi kesulitan kendaraannya, beda dengan waktu ke Bengkulu dan Lampung,” jelasnya.

Celengan yang dijual Mamat dan Gofur terdiri dari sekitar sepuluh bentuk binatang. Ada macan, singa, bebek, ayam jago, kelinci, kucing, kura-kura dan bentuk lainnya. Daya tarik celengan tradisional ini diantaranya terletak dari warna cat yang menyolok dan kontras. Tak heran karenanya setiap melihat seorang anak akan merengak kepada ibunya agar dibelikan. Tentu bagi orang tua, tak sekadar mengeluarkan isi dompet jika memahami adanya makna pembelajaran dari celengan. “Kan kalau beli celengan anak bisa belajar menabung, jadi uangnya bukan habis untuk jajan,” tutur Mamat. Setiap hari sekeping, lama lama bisa menjadi ribuan keping, imbuhnya meyakinkan. Tanpa disadari penjual gerabah celengan seperti Mamat telah melakukan yang terbaik bagi pembeli. Yakni mengajak anak-anak gemar menabung, belajar berhemat, bukan membeli barang karena dorongan pola hidup konsumtif. Celengan harganya hanya puluhan ribu, tapi bisa untuk menyimpan uang ratusan ribu. Kalau dibelikan jajan hanya akan kenyang, apalagi kalau dibelikan kembang api atau mercon, seketika hilang, kelakarnya lugu dan khas. wartapantura/ruslan nolowijoyo

Pelajar Kreatif Mengisi Liburan dengan Menyemir Sepatu

PEMALANG (wartapantura) - Bukan salah bunda mengandung sudah suratan tangan sendiri. Itulah yang dikatakan pepatah. Tetapi bagi Yudi (14) Anggi (12) dan Kartono (11) yang baru dua bulan lalu naik kelas, sama sekali tidak terkesan apapun dengan pepatah itu. Tidak merasa bersalah pula mereka dilahirkan dari keluarga pas-pasan sehingga setiap pulang sekolah harus berlari ke kota Pemalang untuk menjual jasa sebagai penyemir sepatu. Mereka selalu menampilkan wajah ceria, meski sebenarnya hatinya teriris pilu manakala menyaksikan anak-anak sebaya bersekolah diantar dengan kendaraan atau menikmati liburan bersama orang tuanya.

Sungguh menggugah semangat juang mereka. Ketiganya berasal dari keluarga tak berpunya di Desa Tambakreja Kecamatan Pemalang. Sama halnya puluhan anak sebaya asal desanya yang juga mencari selembaran uang receh dengan menyemir sepatu. Yudi Nugroho yang baru naik kelas 3 SMPN 6 Pemalang, terpaksa mencari uang sejak masih duduk di bangku kelas 5 SD beberapa tahun lalu. Ayah ibunya hanya seorang buruh kecil yang harus menghidupi dua anak. “Kalau liburan seperti sekarang kita senang bisa kerja dari pagi karena tidak masuk sekolah,” tuturnya polos. Yudi tinggal bersama orang tua dan adiknya yang masih kecil di lingkungan RW 03 Tambakreja. Senasib temannya Anggi yang duduk di kelas 6 SD dan Kartono yang di kelas 5. Ketiganya harus meninggalkan rumah dengan sepeda mini butut menuju Pemalang yang jaraknya sekitar 5 km. Kalau sedang mujur dalam sehari bisa mendapatkan Rp 10 ribu. “Tapi kalau sedang sepi kita hanya dapat Rp 5 sampai Rp 7 ribu saja,” tutur Anggi dan Kartono. Mereka terkesan lugu dan tanpa beban menyebut jumlah perolehan rupiah yang notabene tak seberapa banyaknya. Bahkan tak terbayang dalam benak mereka, kalaupun sepuluh atau lebih bocah penyemir sepatu pendapatannya dikumpulkan, masih belum cukup untuk membeli sekeping telepon genggam milik anak gedongan usia sebaya.

Pun Yudi dan dua karibnya tak tahu apa arti slogan sekolah gratis yang telah membumi lewat iklan televisi. Sebab untuk kelangsungan sekolahnya orang tua mereka tetap mengeluarkan dana meski dengan bersusah payah. “Kita kerja nyemir sepatu untuk membantu Emak,” tutur bocah polos itu dengan pengakuan menggugah saat diajak berbincang di sudut Alun-alun Pemalang, baru-baru ini. Sungguh menyentuh, sementara tangan terampil mereka cekatan menggosok sepatu, sesekali matanya melirik mobil mulus yang melintas atau anak-anak sebaya yang asyik menikmati liburan sekolah dengan berjalan-jalan ceria tanpa harus memikirkan bagaimana sulitnya mendapatkan secuil uang jajan. Untuk menyemir sepasang sepatu dengan waktu lebih sepuluh menit, mereka hanya memperoleh upah dua ribu perak. Sedangkan banyaknya anak penyemir telah membuat mereka saling bersaing dalam menjual jasa menyemir. Ketiga anak tak berpunya ini terbilang berotak cerdas ternyata. Kami ingin maju, kalau besar menjadi pintar dan mandiri, ungkap mereka. Yudi sendiri ingin melanjutkan ke SMA dan bercita-cita menjadi polisi. “Tapi tidak tahu bisa apa gak, wong orang tua gak punya,” tuturnya jujur sambil memasukkan lembaran ribuan kedalam sakunya. (wartapantura : ruslan nolowijoyo)

Tata Boga dan Otomotif Bekal Keterampilan Siswa SMKN I Petarukan

PEMALANG (wartapantura) - Kampus SMKN I Petarukan di areal sawah seluas lebih 2 hektar di Desa Pegundan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang, tak jauh bedanya dengan umumnya unit sekolah baru (USB) di manapun. Tetapi di sekolah yang telah beroperasi sejak 2 tahun lalu dan kini memiliki 362 siswa didik yang terbagi dalam 10 rombel, siswanya serius mengikuti pembelajaran untuk mendapatkan keterampilan sebagai bekal hari esok. Semua siswa yang kini menduduki kelas XI dan XII mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) layaknya sekolah lain. Namun selebihnya sesuai kurikulum untuk sekolah kejuruan, mereka menekuni pembelajaran praktis bidang tata boga, mekanik otomotif dan mekanik industri. Melalui ketiga bidang studi tersebut menurut Kasek Dra Widayati Eny Lestari, diharapkan siswa didik SMKN I Petarukan mendapatkan kecakapan untuk bekal kedepan, sehingga mereka mampu bersaing mendapatkan peluang kerja di tengah persaingan yang makin ketat.

Berdasarkan kurikulum kejuruan yang ada siswa didik mendapatkan pembelajaran dari guru di ruang praktik yang tersedia lengkap dengan sarana dan fasilitasnya. Untuk mendukung program pembekalan ketrampilan ini sekolah mendapat bantuan sejumlah sepeda motor, minibus dan satu unit mobil station. “Dengan sarana mobil dan motor dari Pemkab itu para siswa berpraktek mekanik otomotif dibawah bimbingan guru praktek,” jelas Widayati kepada wartapantura di ruang kerjanya, Senin (24/8) lalu. Menurut dia, untuk jurusan tata boga puluhan siswanya kini berpraktek kerja (PSG) di sejumlah hotel dan restoran di sepanjang Pantura. Diantaranya di rumah makan Pringjajar, Hoteng Sendangsari Batang dan Pringsewu Cirebon. Dengan berpraktek kerja secara langsung siswa akan menerapkan keterampilan yang didapatkan di sekolah, sehingga tidak canggung lagi apabila kelak terjun ke dunia kerja, jelasnya. Bagaimana dengan siswa jurusan mekanik otomotif. Tak jauh berbeda ternyata, dibawah bimbingan guru praktek berkompeten mereka tekun mengikuti pembelajaran. Dimulai dari pengenalan pada mesin kemudian mulai melakukan ‘bedah’ piranti mekanik hingga siswa bentul-betul memahami sekaligus menguasainya. Demikian halnya jurusan mekanik industri yang pelaksanaan pembelajarannya juga didukung sarana praktek memadai.

Meningkatnya minat masyarakat menyekolahkan anak di SMK nampaknya turut andil dalam peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal kejuruan di Kabupaten Pemalang. Di SMKN I Petarukan yang berstatus sekolah baru pun menjadi pilihan masyarakat. Peserta didik baru yang bakal menjadi siswanya adalah mereka yang lulus test masuk dengan dukungan NEM SLTP yang dimiliki. Menurut Dra Widayati, penerimaan siswa baru menggunakan pembobotan dengan format 60 persen hasil test dan 40 persen NEM. Untuk tahun pelajaran 2009 sekarang ini, lengkap dia, SMKN I Petarukan menerima siswa baru sebanyak 6 rombel. (wartapantura : ruslan nolowijoyo)

Followers

Administrator

Ruslan Nolowijoyo Hengky Kik

My News Feed

Related Websites

 

Warta Pantura. Copyright 2009 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Hengky Scootman Converted into Blogger Template by Scootman