Senin, 24 Agustus 2009

Pelajar Kreatif Mengisi Liburan dengan Menyemir Sepatu

PEMALANG (wartapantura) - Bukan salah bunda mengandung sudah suratan tangan sendiri. Itulah yang dikatakan pepatah. Tetapi bagi Yudi (14) Anggi (12) dan Kartono (11) yang baru dua bulan lalu naik kelas, sama sekali tidak terkesan apapun dengan pepatah itu. Tidak merasa bersalah pula mereka dilahirkan dari keluarga pas-pasan sehingga setiap pulang sekolah harus berlari ke kota Pemalang untuk menjual jasa sebagai penyemir sepatu. Mereka selalu menampilkan wajah ceria, meski sebenarnya hatinya teriris pilu manakala menyaksikan anak-anak sebaya bersekolah diantar dengan kendaraan atau menikmati liburan bersama orang tuanya.

Sungguh menggugah semangat juang mereka. Ketiganya berasal dari keluarga tak berpunya di Desa Tambakreja Kecamatan Pemalang. Sama halnya puluhan anak sebaya asal desanya yang juga mencari selembaran uang receh dengan menyemir sepatu. Yudi Nugroho yang baru naik kelas 3 SMPN 6 Pemalang, terpaksa mencari uang sejak masih duduk di bangku kelas 5 SD beberapa tahun lalu. Ayah ibunya hanya seorang buruh kecil yang harus menghidupi dua anak. “Kalau liburan seperti sekarang kita senang bisa kerja dari pagi karena tidak masuk sekolah,” tuturnya polos. Yudi tinggal bersama orang tua dan adiknya yang masih kecil di lingkungan RW 03 Tambakreja. Senasib temannya Anggi yang duduk di kelas 6 SD dan Kartono yang di kelas 5. Ketiganya harus meninggalkan rumah dengan sepeda mini butut menuju Pemalang yang jaraknya sekitar 5 km. Kalau sedang mujur dalam sehari bisa mendapatkan Rp 10 ribu. “Tapi kalau sedang sepi kita hanya dapat Rp 5 sampai Rp 7 ribu saja,” tutur Anggi dan Kartono. Mereka terkesan lugu dan tanpa beban menyebut jumlah perolehan rupiah yang notabene tak seberapa banyaknya. Bahkan tak terbayang dalam benak mereka, kalaupun sepuluh atau lebih bocah penyemir sepatu pendapatannya dikumpulkan, masih belum cukup untuk membeli sekeping telepon genggam milik anak gedongan usia sebaya.

Pun Yudi dan dua karibnya tak tahu apa arti slogan sekolah gratis yang telah membumi lewat iklan televisi. Sebab untuk kelangsungan sekolahnya orang tua mereka tetap mengeluarkan dana meski dengan bersusah payah. “Kita kerja nyemir sepatu untuk membantu Emak,” tutur bocah polos itu dengan pengakuan menggugah saat diajak berbincang di sudut Alun-alun Pemalang, baru-baru ini. Sungguh menyentuh, sementara tangan terampil mereka cekatan menggosok sepatu, sesekali matanya melirik mobil mulus yang melintas atau anak-anak sebaya yang asyik menikmati liburan sekolah dengan berjalan-jalan ceria tanpa harus memikirkan bagaimana sulitnya mendapatkan secuil uang jajan. Untuk menyemir sepasang sepatu dengan waktu lebih sepuluh menit, mereka hanya memperoleh upah dua ribu perak. Sedangkan banyaknya anak penyemir telah membuat mereka saling bersaing dalam menjual jasa menyemir. Ketiga anak tak berpunya ini terbilang berotak cerdas ternyata. Kami ingin maju, kalau besar menjadi pintar dan mandiri, ungkap mereka. Yudi sendiri ingin melanjutkan ke SMA dan bercita-cita menjadi polisi. “Tapi tidak tahu bisa apa gak, wong orang tua gak punya,” tuturnya jujur sambil memasukkan lembaran ribuan kedalam sakunya. (wartapantura : ruslan nolowijoyo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Administrator

Ruslan Nolowijoyo Hengky Kik

My News Feed

Related Websites

 

Warta Pantura. Copyright 2009 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Hengky Scootman Converted into Blogger Template by Scootman