Minggu, 30 Agustus 2009

Pemasaran ‘Jemput Bola’ Penjual Baju Kelilingan


PEMALANG wartapantura – Bagi pedagang pakaian kelilingan upaya mencari keuntungan dengan cara ‘jemput bola’ merupakan satu keharusan apabila ingin usahanya langgeng. Sebab dengan kiat tersebut setidaknya beberapa nilai tambah diperoleh pembeli secara langsung, dibanding jika membeli di toko ataupun pusat penjualan konveksi atawa grosir. Nilai tambah yang dimaksud diantaranya penghematan biaya transport, keleluasaan menawar barang pilihan dan adakalanya terjalin komunikasi yang interaktif antara pembeli dengan pedagang langganan sehingga hubungan lebih familiar. Untuk antero Pemalang dan sekitarnya, keberadaan pedagang pakaian kelilingan bukan sosok asing lagi. Sejak sentra kerajinan konveksi di wilayah Kecamatan Comal dan Ulujami berkembang pesat, menjajakan hasil konveksi secara door to door menjadi kesempatan kerja baru yang semakin banyak ditekuni warga berjiwa wira usaha.

Salah seorang diantaranya adalah Kastolani (37) yang tinggal di Desa Purwosari Kecamatan Comal. Setelah beberapa kali berganti profesi, sejak setahun lalu bapak dua anak itu memastikan diri menjadi penjual pakaian kelilingan yang beroperasi di wilayah Pemalang, Kajen dan Batang. “Saya berjualan di mana saja sampai ke Kajen dan Batang,” ungkapnya saat ditemui tengah menggelar dagangannya di selasar sebuah kantor kedinasan di Pemalang, baru-baru ini. Dengan berjualan pakaian produk konveksi dari desa tetangganya, dia mampu menghidupi keluarganya lebih baik. Setiap hari setidaknya meraih omzet penjualan antara Ro 300 hingga Rp 400 ribu. Dari omzet tersebut Kastolani mendapatkan upah payah sekitar Rp 40 sampai Rp 50 ribu. “Ya meskipun sedikit untungnya tapi lumayan buat hidup keluarga saya,” tutur pedagang kecil itu lugu. Penghasilan harian itu, menurut dia, sudah termasuk biaya operasional dan bensin bagi sepeda motor bebeknya.

Jenis produk konveksi yang banyak diminati masyarakat adalah kaos oblong, T-shirt, kemeja, celana panjang dan celana kolor. Dengan kulakan di pusat konveksi Comal dan Ulujami, Kastolani mematok laba sekedarnya. “Laba sedikit yang penting cepat laku sehingga bisa cepat kulakan lagi,” terangnya. Untuk sepotong celana kolor buatan konveksi Kauman Comal dia mematok harga jual antara Rp 10 hingga Rp 15 ribu. Sedangkan kemeja dewasa yang dibeli di sentra konveksi Arjosari Ulujami dijual seharga Rp 25 – Rp 30 per potong, tak jauh bedanya dengan kaos dan T-shirt. Barang dagangan yang paling tinggi harga jualnya adalah celana panjang, per potongnya mencapai Rp 40 – Rp 45 ribu. Dari beberapa item produk konveksi tersebut terdapat berbagai merk yang ditempel. Namun dari kalangan pembeli yang ditemui mengakui soal merk tidak penting karena rata-rata sudah mengenal produk konveskinya. “Kita sudah tahu ini buatan konveksi Comal dan Ulujami,” tutur Tomo (43) dan Muksin (39) staf instansi tempat Kastolani berjualan. Kastolani mengakui kalau pembelinya jarang menyoal merk yang melekat pada pakaian yang dipilih. Namun yang pasti terdapat perbedaan dengan pakaian yang dipajang ditoko, yakni harganya lebih miring selain keleluasaan untuk menawar.

Pola jemput bola dalam usaha penjualan konveksi menurut Kastolani adalah kiat yang efektif ketimbang mangkal di suatu tempat. Grafik penjualan bisa lebih baik daripada berjualan di pangkalan yang harus banyak pertimbangan, katanya. Dengan mendatangi pembeli alias jemput bola, peluang terjual bagi dagangannya bisa diperkirakan. Terutama selama tanggal muda saat dimana para pegawai sudah gajian. Dipastikan beberapa potong pakaian laku terjual. Untuk sepotong celana kolor dan kaos oblong Kastolani mendapatkan laba sekitar Rp 2000,-. Sedangkan untuk kemeja dan celana panjang keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp 5 ribu per potong.wartapantura/ruslan nolowijoyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Administrator

Ruslan Nolowijoyo Hengky Kik

My News Feed

Related Websites

 

Warta Pantura. Copyright 2009 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Hengky Scootman Converted into Blogger Template by Scootman