Sabtu, 22 Agustus 2009

Ultah ke 63 Imam Tantowi Dirayakan dengan Bedah Naskah Film BTP

PEMALANG – Proses pembuatan film sejarah Babad Tanah Pemalang (BTP) agaknya tak hentinya mengukir keunikan. Diantaranya ketika tim pencari lokasi syuting sempat kalang kabut mencari kamera yang terjatuh saat meloncati parit akhir bulan lalu, tiba-tiba tanpa dinyana kamera digital pocket miliknya terlihat di rerumputan. Kali ini ternyata naskah film BTP dijadikan satu souvenir tak terlupakan lantaran dibedah bersama tim konsultan sebagai hadiah ulang tahun Imam Tantowi selaku sutradara dan penulis skenario di Kantor PT Indonetra Sakti di Jakarta, pada tanggal 13 Agustus lalu. Jauh sebelumnya munculnya informasi akan dibuatnya film BTP juga sempat mengundang tanya lantaran cerita ‘Babad Pemalang’ konon merupakan kisah yang ditabukan. Jika dipentaskan tidak secara lengkap bisa terjadi sesuatu yang tak diharapkan.

Pada hari Kamis pekan lalu sutradara asal Tegal itu merayakan ulang tahunnya yang ke 63. “Ya, pada tanggal 13 kemarin Pak Imam Tantowi merayakan ulang tahun ke 63, kita rayakan di kantor Indonetra dengan acara bedah naskah film Babad Tanah Pemalang,” tutur production advisor Heru S Sudjarwo, melalui ponselnya, Kamis (20/8) siang kemarin. Hadir pada acara tersebut menurut dia, Imam Tantowi selaku penulis skenario dan sutradara BTP, executive producer Indonetrasakti Darmanto Marnadi, P Budi Santoso selaku chief production, art designer Sumantri Jaliteng, H Nana dari Karnos Film dan kameraman Topobroto. Dari acara ultah yang ‘nganeh-anehi’ setidaknya dapat disimpulkan bahwa penggarapan film BTP bukan asal-asalan namun serius oleh para jawara sinea nasional tersebut. Terlepas dari kepedulian mereka terhadap niatan Disbudpar Pemalang untuk mengapresiasikan cerita sejarah dalam bentuk film dokumen ataupun karena para sineas papan atas yang terlibat adalah putra daerah tetangga, Tegal dan dua diantara mereka ternyata juga asal Pemalang, yakni P Budi Santoso dan Torro Margens. Itu berarti sebagai insan budaya yang cinta kampung halaman, kepedulian mereka bukan sikap mengada-ada. Apalagi jika diproyeksikan dari tingkat kelelahan mereka dalam menggarap film hingga rampung dengan ketersediaan anggaran. “Kami tergugah karena adanya ikatan emosional, Pemalang dan Tegal adalah tetangga berdekatan yang pada waktu itu merupakan telatah dibawah pengaruh pemerintahan kerajaan di masa Pangeran Benawa,” ungkap Darmanto Marnadi usai casting pemain beberapa waktu lalu.

Keunikan kisah BTP sendiri menggelitik tim kerja Indonetra dan Imam Tantowi, dan tentu hal itu langka dilakukan tim kerja manapun tatkala mengulangtahuni sutradaranya. Karena bukannya di hotel berbintang atau restoran kelas internasional. Melainkan di kantor mitra kerjanya dengan sajian utama bedah naskah. Tak heran apabila Heru S Sudjarwo selaku konsultan ahli berkomentar bahwa kuatnya semangat daerah telah menggiring para pendekar perfilman nasional turun gunung. Layaknya perayaan ulang tahun, Imam Tantowi juga meniup api lilin dikuti tepuk tanggan dan ucapan selamat panjang umur. Dan setelah kue ulang tahun dicicipi , ‘kue’ berikutnya adalah naskah setebal 60 halaman yang dibedah sebagai hadiah ultah. Maka tak berlebihan apabila produser BTP Hendro Susetyo mengatakan bahwa keterlibatan para sineas papan atas negeri ini ibarat ‘sumur marani timba’ bukannya ‘timba marani sumur’. Maka bagi sineas pemula di daerah alangkah bijaknya apabila banyak-banyak menimba pengalaman dan pengetahuan dari mereka.(ruslan nolowijoyo)

4 komentar:

Followers

Administrator

Ruslan Nolowijoyo Hengky Kik

My News Feed

Related Websites

 

Warta Pantura. Copyright 2009 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Hengky Scootman Converted into Blogger Template by Scootman